Satu lagi terobosan yang diambil Modern Hospital Guangzhou, Tiongkok, untuk meringankan penderitaan para pasien kanker. Namanya NanoKnife. Itu adalah teknologi terbaru yang efeknya pada pasien diyakini superefektif dan superminimal. Benarkah begitu? Inilah laporan wartawan Jawa Pos TOMY C. GUTOMO tentang metode baru itu.
MEMANG belum ada penelitian yang bisa membuktikan secara ilmiah bahwa sel-sel kanker makin hari semakin bandel dan gesit. Namun, faktanya begitu. Makin cepat menyebar dan semakin susah diobati.
Karena itu, Modern Cancer Hospital Guangzhou tidak berhenti berburu metode dan teknologi untuk menghadapi sel-sel jahat tersebut. Cara terbaru yang sedang disiapkan rumah sakit di jantung Kota Guangzhou itu adalah NanoKnife. Meski namanya memakai kata knife yang berarti pisau, teknologi tersebut sama sekali tidak menggunakan pisau.
Sebelum NanoKnife di-launching, ada sebuah teknologi lain untuk membunuh kanker yang menggunakan kata knife. Yakni, GammaKnife.
Apakah Nanoknife dan Gammaknife bersaudara? Rasanya juga tidak meski nama belakangnya sama. Yang pasti, GammaKnife tidak termasuk tindakan yang invasif, sedangkan NanoKnife, invasinya sangat amat minimal.
Sebab, NanoKnife bisa digunakan untuk segala jenis kanker, termasuk otak, hati, lambung, usus, dan paru-paru. Sebaliknya, GammaKnife hanya khusus untuk kanker otak, tumor kelenjar pituitari atau kelenjar endokrin yang besarnya hanya seukuran biji kacang tanah yang letaknya di dasar otak. Serta, segala gangguan pembuluh darah yang ada di otak dan sekitarnya.
Dengan teknologi cyro dan immunotherapy serta metode penanganan yang terpadu, para penderita kanker tidak butuh waktu perawatan yang lama di rumah sakit yang mendapat akreditasi dari Joint Commission International (JCI) itu. Sekalipun yang stadiumnya sudah tinggi dan sudah menyebar.
Itulah barangkali untungnya menggabungkan teknologi modern dengan cara penanganan yang komprehensif, secara fisik dan psikis.
Masalah kejiwaan pasien merupakan salah satu perhatian utama pengelola Modern Hospital. Di rumah sakit anggota Boai Group itu, pasien benar-benar dimanjakan. Sebab, di lantai teratas gedung rumah sakit berlantai sembilan tersebut ada sky garden atau taman di teras atas gedung.
Selain itu, ruang-ruang perawatannya dibuat sangat nyaman serta aman. Berbicara tentang keamanan pasien, Modern Hospital juga melakukan banyak perbaikan. Di antaranya adalah sistem kontrol dan penanganan pasien.
Setiap perawat bertugas mengawasi empat sampai lima pasien. Siapa perawat yang bertanggung jawab atas pasien mana, fotonya dipampang di papan kecil yang ada di tiap pintu masuk kamar pasien. Rumah sakit-rumah sakit di negara-negara maju juga sudah menggunakan cara tersebut. Selain wajah pasien, yang terpasang di papan kecil itu adalah wajah dokter dan tingkat kegawatan pasien.
Kalau pasien masih bisa jalan dan tidak membutuhkan perhatian khusus, di papan itu akan terpasang stiker berwarna biru. Kalau pasien butuh perhatian lebih, stikernya berwarna kuning. Dan kalau dibutuhkan perhatian dan penanganan khusus, warnanya merah.
Dulu papan kecil itu hanya berbentuk sepotong papan fiber yang semua tempelannya, baik foto dokter dan perawat maupun stiker penanda, dikerjakan secara manual.
Kini sudah hampir separoh dari kamar-kamar disana yang papannya telah diganti digital. Jadi, penempelan foto-foto perawat, dokter, dan stiker dilakukan secara digital.
Bukan hanya itu. Bel pasien pun sudah dua warna. Untuk kebutuhan-kebutuhan pasien yang sederhana seperti mengganti infus atau minta ganti popok, belnya berwarna hijau. Sedangkan kalau darurat seperti pasien jatuh atau sesak napas atau kondisi lain yang butuh penanganan segera, belnya berwarna merah.
Tetapi, itu boleh dibilang fasilitas standar rumah sakit. Memang tidak ada yang istimewa, kecuali bentuknya digital.
Yang istimewa dan sangat memanjakan pasien justru yang tidak bersifat fisik, melainkan psikis. Misalnya, ada lomba-lomba antara pasien dengan perawat dan dokter atau dengan sesama pasien. Juga, adanya perayaan Natal, Lebaran, Imlek, Paskah, serta ulang tahun pasien.termasuk ulang tahun pernikahan.
Tahun lalu ada seorang pasien stadium lanjut yang sudah menyebar. Saat masuk ke Modern Hospital, pasien itu sebenarnya sedang merayakan ulang tahun pernikahan emas (50 tahun).
Sebagai acara kejutan, tim dokter dan perawat menyiapkan sebuah upacara pernikahan tradisional Tiongkok. Jadi, mereka “dinikahkan”lagi. Yang jadi saksinya adalah dokter yang akan menangani mereka. Para pengiring “pengantin”-nya ya apra perawat sendiri. Untuk kateringnya, yang nyiapkan juga para petugas rumah sakit.
Saat Jawa Pos dan undangan lain dari Medan serta Surabaya berkunjung ke rumah sakit tersebut, sedang ada perayaan ulang tahun pernikahan salah seorang pasien stadium lanjut. Nantia Cuizon, nama pasien itu, menderita kanker di usus. Sebelum datang ke Guangzhou, umur perempuan asal Filipina itu sudah divonis tinggal enam bulan. Setelah menjalani terapi kombinasi di Modern Hospital, kanker di dalam perutnya sudah terkendali meski belum sembuh benar.
Suaminya yang hobi menyanyi setia mendampingi nantia. Saat acara testimoni di depan rombongan dari Surabaya dan Medan, tiba-tiba seorang perawat datang membawa kue ulang tahun. Acara tiup lilin dan potong kue itu pun berlansung haru.
Selain acara-acara seperti itu, rumah sakit khusus kanker tersebut juga secara rutin – setiap enam bulan – menggelar semacam acara pemberian penghargaan (awarding) bagi pasien-pasien yang berhasil sembuh.
Pada 14 April lalu, salah seorang pasien dari Indonesia, Landriany, 51, juga mendapat penghargaan. Pada 2015, ditemukan tumor pada usus. Dia pun menjalani tiga kali kemoterapi. Kondisinya justru memburuk, kanker yang sebelumnya hanya 6 cm menjadi 11 cm. Dari stadium 2 menjadi stadium 4. rambutnya yang lebat juga rontok secara bertahap. “Saya disarankan operasi untuk melubangi usus. Saya tidak mau,” kata landriany.
Kemudian, dia berkonsultasi di kantor perwakilan Modern Cancer Hospital Guangzhou di Surabaya. Dari situ dia tahu banyak pasien yang kondisinya jauh lebih parah bisa ditangani.
Baru pada November 2015,dia datang ke Guangzhou. Tim MDT Modern Cancer Hospital memutuskan opsi terapi intervensi plus microwave ablation (pemanasan). Metode intervensi itu tidak disertai pembedahan. Namun, menggunakan kateter yang memang sudah ada pada tubuh pasien.
Sampai saat ini, sudah delapan kali Landriany menjalani terapi. Tumornya sudah bisa dibilang lenyap. Rambutnya juga sudah tumbuh kembali. Saat ditemui Jawa Pos, Landriany tidak tampak seperti orang sedang sakit kanker. “Minggu depan saya pulang ke Surabaya,” katanya.
Acara semacam itu terbuka bagi tamu, perawat, sesama pasien, dan keluarga. Perayaannya tidak mewah, tetapi suasananya sangat menyentuh dan memberikan semangat kepada pasien lain untuk bisa segera sembuh dan mendapat penghargaan serupa.
Tiap pasien yang sembuh mendapat plakat dan buket tangan yang besar dan dibalut kertas warna pink atau biru (bergantung jenis kelamin pasien). Juga, makan ringan bersama.
Saat menerima penghargaan, pasien biasanya didampingi suami atau istri atau anak mereka. Kalau pendampingnya ingin baca puisi atau menyanyi, disiapkan layar semacam karaoke.
Saat Jawa Pos dan undangan dari Surabaya serta Medan berada di sana, Prof dr Bill Peng membacakan puisi. Cukup mengharukan. Kemudian, setiap dua tahun, kisah sukses para pasien itu dibukukan dalam beberapa bahasa dan dibagikan secara cuma-Cuma kepada para tamu atau pasien yang meminta.
Barangkali tahun depan, setelah teknologi NanoKnife diterapkan, Modern Hospital Guangzhou harus lebih sering menggelar acara penghargaan itu.
Sebab, dengan NanoKnife, tampaknya, pasien yang bisa disembuhkan dalam waktu singkat akan semakin banyak.
Teknologi NanoKnife tidak menggunakan pisau (knife), melainkan jarum yang sangat kecil, yang berjumlah dua hingga enam biji, bergantung luas kanker yang ditarget.
Berbeda dengan pada teknik pembekuan (cryo), yakni pasien hanya dibius lokal dan masih bisa berkomunikasi, pada teknik nano ini, pasien harus dibius total. Sebab, jarum-jarum tersebut akan dialiri listrik 3.000 volt.
Yang menarik, meski menggunakan listrik berdaya tingi, jarum-jarum itu tidak membuat saraf, pembuluh darah, dan jaringan di sekitarnya terbakar atau rusak. Bahkan, luka bekas tusukan jarumnya bisa langsung menutup begitu jarum dicabut.
Dengan teknologi tersebut, segala bentuk kanker, di mana pun posisinya, akan bisa diatasi. “Termasuk yang posisinya ada di celah antara pankreas dan liver,” jelas Prof Bill.
Dan jenis kanker yang bisa dihantam teknik itu tidak terbatas. Apa pun jenisnya, seganas apa pun, di posisi yang paling sulit sekalipun, dan yang kondisinya sudah jadi borok yang lebar (sarcoma) bisa dihabisi NanoKnife.
Menariknya lagi, dengan teknologi tersebut, setelah sadar, pasien bisa langsung pulang dan beraktivitas. Kabar gembiranya, teknik itu bisa diulang sesering apapun, dengan jeda waktu yang hanya dalam hitungan hari. Sebab, efeknya nyaris tidak ada pada pasien.
Rencananya Modern Hospital mulai menggunakan teknik tersebut pada Juli. Dan, dengan pola pengobatan secara terpadu yang sudah mereka miliki saat ini, bisa dipastikan penyembuhan pasien dan pembuangan bangkai-bangkai sel kanker dari tubuh bisa berlangsung lebih cepat.
Khusus untuk pasien kanker payudara, ini harapan besar. Sebab, mereka tak perlu lagi kehilangan bagian terindah dari tubuhnya itu.
Sementara menunggu diluncurkannya penggunaan teknik tersebut, pasien kanker payudara di Modern Hospital juga tak perlu khawatir. Sebab, secara rutin rumah sakit tersebut dikunjungi tim dokter bedah plastik ternama dari Korea yang sudah sangat jagoan dalam melakukan operasi rekonstruksi bagi payudara dan bagian-bagian lain tubuh yang sudah terlanjur dirusak kanker ataupun membantu tim bedah kanker menyelamatkan payudara pasien.
Sumber: Jawa Pos 19 April 2016